Ternyata rasa benci yang katanya ‘benar-benar cinta’ itu terjadi pada saya. Rasa benci akan organisasi ini tumbuh menjadi rasa cinta yang begitu abstrak. Abstrak karena sampai saat ini saya tidak dapat mendeskripsikan rasanya.
Berawal dari rasa tidak suka akan satu kegiatannya, ternyata orang seperti saya yang cenderung tidak suka tantangan ini bisa juga memiliki rasa penasaran yang cukup tinggi kala itu. Rasa penasaran kenapa kegiatan itu tidak membuat saya puas. Kegiatan ke-2 yang saya ikuti cukup membuat mata saya berbinar, entah karena kegiatannya yang memang luar biasa atau ekspektasi saya yang terlalu rendah setelah melewati ketidakpuasan. Singkat cerita, dari kegiatan ke-2, rasa puas itu masih bercampur dengan rasa tidak suka, bahkan benci. Benci karena merasa buang-buang waktu mendengarkan persidangan yang sarat perdebatan jumlah menit untuk ke toilet atau adu kusir hal-hal yang tak subtansial, benci karena melihat orang-orang yang telat masuk forum, benci karena melihat arogansi warna warni almamater, benci karena teriakan-teriakan dan gebrakan meja yang membuat tarikan nafas panjang, benci karena orang-orangnya yang ramai di ruang persidangan namun sepi ketika turun ke lapangan. Benci karena di sini tempat saya mengenal apa itu kepentingan.
Jangan salah. Alasan keterlibatan saya menjadi pengurus tidak seutuhnya karena ingin memperbaiki keadaan, ingin memajukan organisasi, atau hal mulia lainnya melihat betapa tidak nyamannya saya saat itu akan organisasi ini. Ada hal-hal manusiawi yang turut menggandeng alasan normatif itu, alasan yang menurut saya pada akhirnya menjadi latar belakang kejenuhan, kemalasan, dan pesimistis seseorang dalam prosesnya. Karena bagaimanapun, alasan awal saya terlibat adalah karena ‘bujukan’ seorang teman. Saya teringat pesan whatsapp dari seorang teman kala itu, pesan yang membuat saya marah sampai akhirnya saya memutuskan untuk terlibat di kepengurusan ini. Haha well im laughing at myself now, how shallow I was. Tapi ternyata alasan itu lah yang membuat saya tidak pernah menyesal untuk menjadi bagian dari orang-orang yang menyebut dirinya ‘kabinet Luar Biasa’. Banyak pembelajaran yang saya dapat dari organisasi ini, dari anggotanya, dan dari tiap individu pengurusnya.
Empat event nasional
Kabinet ini bisa jadi mulai dari nol. Proses satu-nol-satu-nol sepertinya menjadi ritual tiap periodisasi kepengurusan. Periode 2 tahun yang membuat kabinet sebelumnya telah menjadi 1, kemudian kabinet selanjutnya terpaksa harus memulai dari nol karena periode 2 tahun menyulitkan proses regenerasi dan bimbingan. How are you gonna guarantee your little sisters to continue your struggle while you know they have to graduate on time? How are you gonna trust your little brother to finish what you start while you know they still need lots of time to learn? Semoga 1-0-1-0 ini hanya asumsi, karena jika benar terjadi, organisasi ini benar-benar jalan di tempat.
Kebingungan periodisasi ini pula yang telah menjadi bahasan rutin di persidangan. Kurang lebih tiga periode membahas apakah organisasi ini perlu mengganti periode 2 tahunnya menjadi 1 tahun, bahasan yang penuh adu akal dan okol bukan hanya di meja persidangan namun juga menjadi konsumsi kajian adik-adik selanjutnya di lembaga eksekutif mahasiswa (LEM). Berbagai alasan dikemukakan mulai dari pendapat subjektif hingga yang berlandaskan pada perbandingan dengan ormawa kesehatan lain, pro dan kontra mencuat dengan tak jarang suara-suara bernada tinggi terlibat didalamnya. Sampai akhirnya saat kabinet Luar Biasa hendak berdiri, suatu perjanjian dicetuskan untuk memberhentikan pembahasan ini dengan keputusan akhir tetap 2 tahun. Tiga periode pembahasan ini pada akhirnya membuahkan suatu kesepakatan yang ‘terkesan sia-sia’ hehehe.
Rapat Kerja Nasional 2015. Hari ini hari di mana saya teringat ketika mendownload arahan sekjen terpilih, arahan yang berlembar-lembar itu mampu membuat pundak saya turun ke bawah disertai dengan helaan nafas tegas disertai dengan makian… “Anjaayy, lo kira 2 tahun ini gue bakal ngadain proker segini banyak? Lo kira hidup gue cuma buat ismafarsi?!” haha. Saya pribadi hanya mampu merumuskan sedikit proker dari puluhan konsep yang ditawarkan oleh sekjen ‘kurang kerjaan’ ini.
Proker ditetapkan dan saat itulah kabinet Luar Biasa mulai bekerja secara legal.
PIMFI 2015. Sebuah event keilmiahan nasional yang menjadi program kerja divisi saya. Saya kira saya telah belajar banyak dari seorang kakak, saya kira saya sudah cukup siap berperan sesuai tupoksi, mengarahkan dan mengembangkan orang lain, dsb. Ternyata tidak. Saya tidak cukup jeli dalam membaca keadaan, mungkin. Banyak komplain. Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada panitia, namun memang banyak hal yang harus dievaluasi di sini. Kesalahan terbesar berasal dari diri ini, dan sungguh saya banyak belajar. Apapun dinamika yang ada saat itu, semoga kebermanfaatannya tetap terasa bagi semua pihak :”)Dan tentunya apresiasi terbesar saya dkk kepada panitia yang sudah berusaha semaksimal mungkin mengadakan acara ini :)
Latihan Kepemimpinan 3 (IPLF) Nasional dan Pramunas 2016. Satu event nasional yang dahulu membuat saya tertarik akan organisasi ini. Rasa cinta dan benci yang bercampur. Namun kala itu saya tidak hadir karena harus menemani orang tua yang sakit. Cukuplah senyum saya terkirim untuk kawan di sana yang mengabarkan bahwa perubahan AD/ART akan dilakukan tiap 3 periode, sebuah keputusan yang berisiko bagi saya, namun saya kira itu menjadi keputusan terbaik melihat forum perubahan AD/ART selalu membuat diri ini gemas untuk melempar meja (canda deng). Di event nasional ini, proses kaderisasi bagi kader yang akan melanjutkan perjuangan kami mulai terasa lebih intensif. Bytheway, jika mengingat LK3 dahulu di zaman saya, hal yang membuat saya tertarik dengan organisasi ini salah satunya karena peserta LK3 yang buat mata saya melotot. Ternyata anak farmasi yang biasa saya lihat berteman dengan benda mati di lab bisa juga berbicara soal realita sosial :p
Munas 2016. Event nasional terakhir. Laporan pertanggungjawaban ditunggu oleh anggota. Tebak apa yang terjadi? 11 Lembaga Eksekutif Mahasiswa menolak laporan pertanggungjawaban Sekjen Kabinet Luar Biasa karena kami yang melanggar konstitusi, yaitu banyak dari kami yang telah lulus S1 sebelum LPJ. Now what do you say? Lets not discuss about it haha
Di Munas pula, hati kami meracau. Panik, cemas, dan menyesal bercampur melihat pemilihan Sekjen baru dan Badan Pengawas. Walau akhirnya kami hanya patut untuk tersenyum dan bersyukur. Biarlah racauan itu jadi bahan kontemplasi tentang kesalahan-kesalahan yang dulu kami perbuat.
Kami yang Katanya ‘Luar Biasa’
Dua tahun. Keputusan munas 2014 untuk tetap menjadikan kepengurusan ini 2 tahun sepertinya memberikan peluang dinamika untuk bermain lebih kreatif. Mahasiswa farmasi yang dikenal tak peka politik sepertinya belajar berpolitik lewat organisasi menyebalkan ini. Saya selalu merasa tak nyaman kalau sudah bicara strategi, berspekulasi mengenai kepentingan-kepentingan golongan, atau semacamnya. Saya selalu menundukkan kepala dan kadang mengeluh berkepanjangan kalau konflik sudah terlihat di depan mata. I sometime feel torturing over this phlegmatic-introvert trait I have lol. Then I learn to like what I dislike. Fake it till you make it.
Kabinet ini diajarkan pula untuk beraudiensi akan isu-isu kefarmasian dan kesehatan. Sempat beberapa kali saya dan kawan-kawan mendatangi stakeholder untuk membicarakan suatu isu dan meminta tuntutan, beberapa kali pula saya (mungkin kami) dibingungkan dengan siapa yang benar siapa yang salah, beberapa kali pula kami diterima dan ditolak, beberapa kali pula saya merasa sekedar belajar berbicara dan mendengarkan daripada melakukan aksi nyata…..duh. Tapi saya percaya, beberapa orang kawan benar-benar tahu apa yang mereka kerjakan, termasuk pemimpin kabinet ini yang harus rela dibenci karena mengambil tindakan yang tidak disukai orang. Toh, katanya pemimpin yang baik adalah mereka yang mengambil keputusan yang tepat, bukan keputusan yang orang suka. Pada akhirnya, sebaik apapun pemimpin, akan memiliki musuh dalam perjalanan hidupnya. Mungkin kami belajar untuk melawan retorika dengan retorika, kami belajar bersilat lidah tanpa kehilangan bijak, yang pasti kami belajar berlapang dada saat kami kalah dan tidak disukai orang.
Kabinet ini pun mengajarkan kami untuk berkarya. Pemimpin kami yang disegani ini ternyata tahu apa yang ia lakukan; dibalik sifat menyebalkannya (haha peace dho) I think he succeeded to convince us over our potential, setidaknya jika bukan karena dia, dia rela memberikan waktu bagi kami untuk kami menggali potensi. Dimulai dari mengikuti lomba dengan modus mencari uang untuk mengikuti kegiatan2 organisasi, menjadi pembicara sana-sini dalam rangka menginspirasi, mengikuti event2 dan komunitas, mengadakan penelitian sampai presentasi internasional, dsb. Namun sungguh, ini semua harus jadi bahan evaluasi, apakah selama ini beberapa dari kita lebih sibuk mengupgrade diri daripada memberi? Semoga tidak.
Pun, kabinet ini mengajarkan kami untuk mengerjakan segalanya dengan cinta, mengajarkan pula arti sebuah kesabaran. Jika saya ditanya apa hal yang paling sulit dilakukan di dunia ini, itu adalah konsisten dalam kebaikan. Kami tentu pernah merasakan jenuh berkepanjangan, rasa malas yang seperti tiada ujungnya, rasa kesal setiap kali Sekjen sudah membuka kata ‘apa kabar’ lewat whatsapp, karena kami tahu pertanyaan kabar itu hanya basa-basi dibalik permintaan tolong mengerjakan tugas hahaha. Kami belajar mencintai pekerjaan kami dengan segala fluktuasi semangat yang ada. Kami belajar untuk istiqamah.
Oh ya, kabinet ini tidak hanya berbicara soal program kerja, namun juga arti sebuah keluarga #yeah #yuhu. Selalu menyenangkan bersama dengan para pengurus yang terus berjuang mencoba menembus batasan diri. For some, maybe this family is only another inner circles, for some this family is everything, for some this family is all priority. But whatever it is, kami tahu kami belajar banyak tentang rasa peduli di tengah-tengah hubungan jarak jauh, kami belajar menjalin chemistry di tengah kesulitan bertemu, kami belajar membaca karakter dan mendalami perbedaan. Hingga akhir kepengurusan ini pun, kami akan terus belajar. Belajar berdamai dengan rindu yang diciptakan oleh jarak, belajar bersyukur dengan apa yang sudah kami dapat, belajar menjalin persaudaraan yang semoga tak akan pernah lekang oleh waktu dan jarak.
Well, masih banyak yang kami dapat dari kabinet yang katanya Luar Biasa ini.
Ah, kata siapa kami luar biasa?
Apakah kabinet ini luar biasa karena telah mengadakan event internasional pertama kalinya secara mandiri? Apakah karena kabinet ini berhasil meraih gelar Best Association dari organisasi internasional? Apakah karena para pengurusnya yang menjadi mahasiswa berprestasi di kampusnya masing-masing? Apakah karena kabinet ini telah berusaha menciptakan tata cara sidang yang lebih efektif? Apakah karena kabinet ini menjalankan semua prokernya? Apakah karena kabinet ini mengkawal isu kesehatan lebih banyak dari biasanya? Apakah karena kabinet ini memiliki sekjen yang disegani banyak orang? Atau apa? Ah…mungkin karena ekspektasi anggota dan kami yang terlalu rendah di awal kepengurusan sehingga pencapaian yang biasa jadi terlihat luar biasa; mungkin karena kami kebetulan menjadi pengurus di era media social merajalela, sehingga segala kegiatan yang dilakukan muncul ke permukaan dan dilihat banyak orang; atau… mungkin karena memang organisasi ini kekurangan kader-kader mumpuni dengan standar luar biasa yang tak ada apa-apanya. Entah, yang pasti, kami akan terus percaya, perjuangan kabinet ini harus dilanjutkan, jika kami sudah menjadikan organisasi ini 1, maka yang selanjutnya harus mampu menjadikan ia 2, 3, dst.
Saya tidak perlu berbicara kegiatan dan prestasi apa yang dilakukan kabinet ini. Biarlah anggota menilai seberapa besar manfaat yang mereka peroleh di bawah kepengurusan kami, biarlah kami menilai sendiri sudah seberapa besar usaha kami dan seberapa lurus niat kami, biarlah anggota dan kami sadar akan dirinya sendiri tentang kontribusi dan kepekaan social yang kami berikan. Terima kasih untuk semua elemen dari terpilihnya Sekjen di 2014 hingga Munas 2016 yang telah banyak membantu menebar manfaat sebagai satu Ismafarsi yuhuu
Namun sesungguhnya, semua ini adalah evaluasi. Apa yang terjadi di Munas sungguh menjadi pengalaman yang tidak akan terlupakan. Pengalaman pribadi bagi saya yang terus berpikir apakah selama ini saya di sini hanya sibuk mengupgrade diri dan sering lupa arti kebermanfaatan yang sebenarnya. Pengalaman kami pula di sini untuk melihat ke belakang, apakah kami berhasil menciptakan kader-kader yang diharapkan? In fact, air mata bahagia dan haru bercampur dengan air mata sesal dan sedih, sungguh, kami berharap Ismafarsi ke depannya akan lebih baik.
Denny Fahmi, sekjen Ismafarsi terpilih 2016-2018, bukanlah Ridho Muhammad Sakti. Denny Fahmi adalah Denny Fahmi, biarlah ia memimpin dengan caranya sendiri. Lakukan yang terbaik dan jika suata saat kamu dan kabinet barumu terpaksa membuat kami kecewa, buat kami tetap percaya bahwa kamu dan kawan-kawanmu akan terus belajar untuk menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat :) semoga rasa percaya ini tidak akan pernah sia-sia.
Hehe.
Anyway, begitulah yang terjadi. Momen mengerjakan program kerja, memberi manfaat, bercanda-canda, cinlok-cinlok buta yang mungkin terjadi di balik cinta yang tak terucap (wkwkwk naon), konflik di mana-mana dan segala dinamika yang serius maupun yang tidak, semua ini sudah direncanakan oleh Tuhan dibalik apapun alasan awal kita untuk terlibat. Untuk kalian adik-adik kami tersayang dari ujung sumatra hingga papua, ayo luruskan niat bersama untuk membuat organisasi ini lebih baik, bantu Sekjen baru Ismafarsi, ayo daftar jadi Staf Ahli! hehehe *yah ujungnya promosi
Saya selalu ingat kata seorang kakak bahwa ada empat tipe orang dalam suatu organisasi, pembelajar (tipe yang paling ideal), turis (ada karena ingin jalan-jalan, popularitas, memperkaya CV, dsb), sandera (ada karena terpaksa), teroris (ada untuk menghancurkan organisasi). Yah, tulisan ini adalah curhatan seorang sandera hahaha, seorang sandera yang terbawa bujukan untuk terlibat, seorang yang selama prosesnya selalu merasa pesimis dan cemas, namun saya mungkin sama dengan beberapa dari kalian yang insyaAllah akan terus belajar untuk menikmati proses yang ada, hingga kita menjadi pembelajar. Jadi jangan pernah takut untuk terlibat, ayo daftar Staf Ahli! *promosi lagi* Yup, jika memang semangat di awal itu masih sedikit karena alasan-alasan tertentu, mungkin kita harus bersabar. Percikan api semangat di awal kepengurusan benar2 menjadi bara pada waktunya, salah satunya karena kehadiran keluarga ke-2 :) Dan bagi yang sudah bersemangat sejak awal, hati-hati dengan ekspektasi, terus jaga semangatnya :D Yay, semoga kabinet selanjutnya kaya akan orang-orang pembelajar.
Sampai jumpa Ismafarsi! Kami tunggu kabar baiknya!
Hai kak risni, hal pertama yang terlintas setelah baca tulisan kak risni, yang jujur aja selalu bikin 'ketagihan' adalah 'gue juga harus bisa kayak begini" hahahha.
BalasHapusBahkan dari tulisan inner power kak risni buat memotivasi selalu ada ya.
Kalo menurut saya, kenapa kepungurusan kakak yang di sebut kabinet luar biasa ini di akui publik karena memang semua badan pengawas, badan pengurus harian di pegang oleh orang" yang benar" luar biasa, menginspirasi dan yang cukup membuat saya semakin percaya bahwa berorganisasi itu tidak menghalangi prestasi adalah, saat penggerak ismafarsi, yakni pengurus kabinet luar biasa ini sebagian besar adalah mahasiswa berprestasi di kampus masing-masing.
Really big and million applauses untuk penguurus ISMAFARSI priode 2014-2016