Terakhir kali ternyata untuk Ummi,
Saat itu dua puluh dua Desember
Hari ini dua puluh tujuh Oktober
Sudah setengah abad lebih tanganmu membelaiku halus
Masih halus tangan itu di kepalaku
Walau sudah kurasakan getaran tangan yang kau coba sembunyikan
Sudah setengah abad lebih senyum dan tawamu yang bijak
Masih bijak raut wajahmu
Walau sudah kulihat keriputmu
Guratan wajah kerja keras dan sabarmu
Hari ini dua puluh tujuh Oktober 2015,
Dikala hingga detik ini mungkin maafku bisa dihitung
Maafmu entah sudah berapa kali kugantung
Maafmu karena belum memberikan yang terbaik untukku
Maafmu karena merasa belum membantuku
Sungguh,
Seharusnya maaf itu keluar dari mulutku
Bukan darimu
Seperti tiba-tiba saja usiamu berganti lagi
Sudikah Ummi memaklumi
Diri ini yang belum banyak memberi
Dan menjadi yang berbakti?
Sudikah Ummi memaklumi
Diri ini yang masih belum bisa berdiri sendiri
Dikala usiamu semakin dekat
Untuk menjadi tanggung jawab anak-anakmu
Setidaknya,
Izinkan aku menyampaikan sebuah doa pada Tuhan
Untuk selalu memberimu keberkahan dan kesehatan
Berikan aku waktu, untuk terus memperbaiki diri
Menjadi seorang anak yang engkau cari
Selayang pesan elektronik itu masih selalu ada setiap pagi
Siang dan malam hari
Pesan itu masih terus mengalir tak berhenti
“Jangan lupa berdzikir kepada Illahi”
Begitu kata Ummi
Dan pesan itulah yang akan terus kucari
Setiap hari
Barakallah, Ummi.
Untuk Ummi #1
http://risnizen.blogspot.co.id/2014/12/untuk-ummi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar