Kamis, 10 April 2014

Syukuran Wisuda

Halo. Saya mahasiswi ITB. Di kampus saya ada suatu budaya yang namanya Syukuran Wisuda, bahasa kerennya Graduation Party.

WAKTU TPB, saya sangat anti sekali dengan kegiatan ini. Menurut saya, bentuk syukuran wisuda di kampus saya hanya menghabiskan waktu, tenaga, dan pikiran tanpa feedback yang esensial. Cerita sedikit, syukuran wisuda di kampus saya berbentuk wishnight dan arak-arakan. Wishnight biasanya malam, diisi dengan kebanyakan hiburan dan persembahan, lalu makan dan ngobrol-ngobrol bersama, baik antar wisudawan atau dengan massa himpunan. Yang kedua adalah arak-arakan, para wisudawan diarak dari Sabuga ke gerbang depan ITB sambil menyanyikan lagu dan yel-yel, kemudian junior-juniornya memberikan persembahan berupa performance yang dilombakan se-kampus.

WAKTU TPB, saya sangat anti sekali dengan kegiatan ini. Menurut saya, bentuk syukuran wisuda di kampus saya hanya menghabiskan waktu, tenaga, dan pikiran tanpa feedback yang esensial. Berawal dari rasa tidak suka saya akan waktu libur saya yang terganggu. Tidak henti-hentinya orang tua saya bertanya "kapan pulang?" masa itu adalah masa syukwis Juli, masa pasca osjur, masa liburan kenaikan tingkat. Berawal dari rasa kesal saya bahwa saya merasa hak liburan saya diganggu, hak 'bertemu dengan orang tua' saya diambil alih, digantikan dengan menjadi orang yang disuruh-suruh di acara syukwis, bahasa kerennya, 'Event Organizer'. Entah karena masa itu adalah pasca osjur, akhirnya saya beranggapan kepanitiaan syukwis adalah kepanitian Event Organizer semata, dimana panitia memang sejatinya "melayani" senior himpunan. Saya tidak rela waktu saya dengan orang tua harus dikorbankan untuk melayani senior himpunan yang bahkan saya tidak kenal sama sekali, yang saya tidak tahu bahwa mereka benar-benar layak untuk diapresiasi atau tidak.

WAKTU TPB, saya sangat anti sekali dengan kegiatan ini. Menurut saya, bentuk syukuran wisuda di kampus saya hanya menghabiskan waktu, tenaga, dan pikiran tanpa feedback yang esensial. Kala itu saya memang merasa sebagai event organizer yang tidak digaji. Wisudawan menyuruh saya melakukan ini dan itu, wisudawan mau bentuk acara yang seperti ini dan seperti itu, ketika diarak, wisudawan mau saya bawakan barang-barangnya; bukan meminta tolong, hanya meminta. Ketika performance, saya selalu mempertanyakan urgensi performance selain pengembangan kreativitas.

Katanya, syukwis adalah bentuk rasa syukur para wisudawan yang akhirnya lulus dari kampus terbaik negeri ini. Saya setuju.
Katanya, syukwis adalah bentuk apresiasi dari junior kepada wisudawan yang telah lulus dari kampus terbaik negeri ini. saya setuju.
Katanya, syukwis adalah salah satu motivasi untuk junior agar belajar giat dan cepat lulus dari kampus terbaik negeri ini. saya setuju.

syukwis dilaksanakan tiga kali dalam satu tahun.

kemudian muncul pertanyaan,
apakah rasaya syukur, apresiasi, dan motivasi harus diekspresikan dalam bentuk syukuran wisuda yang seperti di ITB ini?

Jawabannya tidak harus. Tapi bisa menjadi salah satunya.


WAKTU TPB, saya sangat anti sekali dengan kegiatan ini. Menurut saya, bentuk syukuran wisuda di kampus saya hanya menghabiskan waktu, tenaga, dan pikiran tanpa feedback yang esensial. Sampai suatu waktu saya menyadari suatu hal, bukan bentuk acara syukwisnya yang tidak saya suka, tapi ada poin tertentu yang menganggu saya.

Saya tidak suka syukwis jadi ajang suruh-suruh junior. Saya bukan EO dan saya sedang tidak osjur toh lol.
Saya lebih suka syukwis itu bentuknya pengabdian masyarakat, bukan hura-hura.
Saya ingin syukwis itu jadi ajang silaturahmi antar junior dan seniornya.
Saya ingin syukwis jadi salah satu fasilitas pengembangan diri, bukan tempatnya EO.
Saya tidak suka syukwis seolah mengganggu waktu saya dengan keluarga. Melayani banyak orang yang tidak saya kenal?

Sebenarnya keinginan saya di atas bisa diselesaikan dengan pikiran dan sikap saya sendiri.

Kenapa tidak pengabdian masyarakat? Jawabannya simple, setiap himpunan sudah punya kegiatan pengabdian masyarakat masing-masing, yah sekarang wisudawan kita mau senang-senang habis lulus ga boleh? Boleh kok.

Sisanya adalah harapan,
saya hanya berharap bahwa kakak-kakak wisudawan menjadikan syukwis ini memang benar-benar ajang silaturahmi dan bentuk rasa syukur atas kelulusannya.
saya hanya berharap saya dan teman-teman panitia memanfaatkan kepanitiaan ini dengan baik sebagai ajang pengembangan diri bukan kewajiban EO karena anggota himpunan.
saya hanya berharap adanya saling mengerti satu sama lain bahwa syukwis ini tidak usahlah megah dilaksanakan, sederhana namun bermakna saja. Ini tiga kali setahun loh, waktu kita setahun bukan hanya untuk mengurusi syukwis. Kenapa mau mengurus syukwis tapi baksos dll tidak mau?
saya hanya berharap, kakak-kakak wisudawan sehabis lulus benar-benar mengabdikan diri untuk Tuhan, orang tua, dan masyarakat, karena pada hakikatnya itulah tugas manusia beradab. kalau begini kan, junior tidak salah mengapresiasi kakak-kakak dengan menjadi panitia syukwis :)

Ini juga pesan masa depan untuk saya sendiri ketika diwisuda nanti.

Saya mungkin masih hijau untuk urusan beginian, maaf kalau menyinggung perasaan pihak-pihak tertentu. Saya hanya ingin kita semua melaksanakan sesuatu punya tujuan yang jelas, bukan karena mengikuti budaya semata :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar